Membaca Lalu Menulis

Posted: September 10, 2008 in Artikelku
Tag:,

Membaca Lalu Menulis![1]

Oleh: Asef F. Amani[2]

 

Seringkali kita melihat suatu tulisan di surat kabar yang isinya membahas sesuatu hal dengan bebas, sesuka hatinya, tapi masih dalam koridor etika menulis. Bebas artinya mengeluarkan pendapat atau ide apapun tanpa ada batasan atau tekanan dari manapun, kecuali etika kepenulisan itu sendiri. Isi yang bebas itulah yang menjadi kekuatan tulisan artikel. Lantas, pertanyaannya apakah itu artikel? Mengapa suatu tulisan itu disebut dengan artikel? Dan bagaimanakah cara menulis artikel? Temukan jawabannya dalam uraian berikut: 

 

Apa Itu Artikel?

Secara harfiah artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), memengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif), begitu apa yang dikatakan oleh AS Haris Sumadiria di dalam bukunya yang berjudul Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Panduan Praktis Penulis & Jurnalis Profesional (2005). Sementara menurut KBBI (1990: 49), artikel adalah karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan lain-lain.

 

Lho, apa bedanya dengan opini dan esai? Sebenarnya tidaklah berbeda antara artikel, esai, dan opini, karena ketiganya berangkat dari sifat yang sama, subjektif. Subjektif artinya menurut diri sendiri, pendapat yang diatasnamakan diri sendiri, bukan orang lain. Selain itu, juga ditulis dengan dasar pendapat, gagasan, ide atau opini. Tentu isinya pun atas dasar pikiran yang lahir dari diri sendiri. Untuk perbedaannya hanya terletak pada gaya menulisnya saja. Menurut Haerus Salim, dalam salah satu artikelnya (2007) mengatakan kalau esai itu bisa dipahami sebagai suatu gaya di dalam menulis. Esai cenderung memakai gaya yang ringan, renyah, dan mudah dipahami. Sementara artikel memakai gaya yang cenderung berat, apalagi artikel ilmiah yang sering berilmiah ria. Keduanya termasuk ke dalam tulisan opini.

Karakteristik Artikel

Mengapa sebuah tulisan itu bisa disebut artikel atau bukan sebagai artikel? Maka, untuk bisa memilihnya ada beberapa karakteristik artikel yang perlu diperhatikan. Apa yang disampaikan oleh AS Haris Sumadiria (2005: 4) berikut bisa menjadi referensi bagi kita, yaitu:

  1. Ditulis dengan atas nama (by line story);
  2. Mengandung gagasan aktual dan atau kontroversial;
  3. Gagasan yang diangkat harus menyangkut kepentingan sebagian terbesar khalayak pembaca;
  4. Ditulis secara referensial dengan visi intelektual;
  5. Disajikan dalam bahasa yang hidup, segar, populer, dan komunikatif;
  6. Singkat dan tuntas; dan
  7. Orisinal.

 

Tambahan untuk tujuh karakterisik artikel di atas adalah tulisan artikel bersifat subjektif. Subjektiitas penulis masuk ke dalam tulisannya tersebut, artinya segala ide, gagasan, atau pendapatnya ter-input ke dalamnya. Inilah yang membedakan antara tulisan opini dengan berita (news).

 

Jenis-Jenis Artikel

Artikel tidak hanya terdapat satu biji saja, tapi beberapa buah. Memangnya artikel ada berapa banyak sih? Masih menurut AS Hari Sumadiria, artikel secara umum dapat dibedakan menurut jenis dan tingkat kesulitan yang dihadapinya, yaitu: (1) artikel praktis, (2) artikel ringan, (3) artikel halaman opini, dan (4) artikel analisis ahli. Atikel praktis berisi lebih banyak petunjuk praktis tentang cara melakukan sesuatu (how to do it). Artikel praktis lebih menekankan pada aspek ketelitian dan keterampilan daripada masalah pengamatan dan pengembangan pengetahuan serta analisis peristiwa.  

 

Artikel ringan, sifatnya lebih ringan. Topik yang diangkat bersifat ringan dengan penyampaian yang juga ringan. Biasanya ditemukan dalam rubrik anak-anak, remaja, wanita, dan keluarga. Artikel halaman opini lazim ditemukan pada halaman khusus opini bersama tulisan opini yang lain, seperti tajuk rencana, kolom, surat pembaca, karikatur, dan lain-lain. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat. Dan artikel analisis ahli. Artikel jenis ini ditulis oleh ahli atau pakar di bidangnya dalam bahasa yang populer dan komunikatif. Biasanya dapat ditemukan di halaman muka surat kabar, atau halaman dan rubrik khusus tertentu.

 

Bagaimana Cara Menulis Artikel?

Setelah mengetahui karakteristik artikel tersebut, pertanyaan selanjutnya bagaimana caranya kita dengan mudah menulis artikel? Pertanyaan ini yang selalu ditanyakan oleh para penulis khususnya penulis pemula. Tidak salah memang, tapi justru malah akan lebih memotivasi untuk menuliskan ide-idenya.

 

Banyak para ahli mencoba memberikan tips-tipsnya dalam memulai menulis, baik itu artikel, esai, karya ilmiah, laporan kegiatan, dan lain-lain. Tapi, langkah-langkah yang ditempuh berbeda-beda antara yang satu dan yang lain. Antara menulis artikel dan karya ilmiah sudah berbeda caranya, begitu juga dengan laporan kegiatan pasti berbeda. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam prose menulis artikel adalah sebagai berikut:

 

Sebelum masuk ke langkah-langkah konkret dalam menulis artikel, yang utama untuk dipersiapkan adalah niatkan dalam hati bahwa saya ingin menulis dan menjadi penulis. Niat penting untuk memotivasi hati dan pikiran untuk terus berproses menulis. Niat juga penting sebagai sensor agar di akhir tidak ada rasa kecewa atau bosan karena tulisannya selalu jelek atau ditolak media, bahkan banting setir ke bidang lain. Maka dari itu, mulailah dari sekarang mantapkan hati dan pikiran untuk mulai menulis dan ingin menjadi penulis.

 

Langkah 1. Tangkap ide dan tuangkan dalam gagasan. Mengapa ide harus ditangkap? Karena ide adalah sesuatu yang melintas di dalam pikiran kita. Sifatnya masih sangat umum, apa saja. Bisa dalam bentuk sebuah kata, kalimat, gambar, warna, dan lain-lain. Sementara itu, arti dari gagasan adalah cikal bakal suatu kegiatan atau pekerjaan yang akan kita lakukan (Haris Sumadiria 2005: 26).

 

Ide bagaikan samudera tak bertepi, luas sekali. Tinggal bagaimana kita menjaringnya saja untuk dijadikan sebuah tulisan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan ide. Lihat saja di sekeliling kita, baik dari hal-hal yang kecil, remeh, sampai hal-hal yang bersifat besar. Itu semua bisa dijadikan ide untuk bahan tulisan kita. Dengan berdiam diri di kamar, berjalan mondar-mandir, berjalan di taman, membaca buku, bahkan sambil kencing atau berak (maaf!) di kamar mandi pun bisa dilakukan untuk menemukan ide.   

 

Untuk memudahkan dalam menemukan ide, kita pun harus bisa melihat pada diri kita sendiri. Artinya kita melihat kahlian kita di bidang ilmu apa, sastra, linguistik, sosial, eksak, atau apa saja. Selain itu, juga kita melihat pada kesukaan kita, misalnya, suka pergi ke objek wisata, suka membaca buku sastra, suka melihat pameran fotograsi, dan lain-lain. Ini penting karena apa yang kita kuasai dan sukai itu yang akan memudahkan kita menuliskannya.

 

Misalnya, keahlian kita di bidang sastra dan kebetulan juga kita suka membaca puisi, cerpen, novel, atau drama. Maka, kita akan mudah menuliskan tentang sastra daripada kita menulis tentang politik atau ekonomi. “Menulislah apa yang Anda bisa dan suka”, begitu kata Zaenuddin HM (2003: 29). Agar ide tidak mudah lari, bawa selalu buku catatan atau apapun yang bisa digunakan untuk mencatat.

 

Langkah 2. Setelah gagasan sudah kita tuangkan. Kita lanjutkan dengan mengembangkannya dalam bentuk tema kemudian disempitkan lagi ke dalam bentuk topik. Topik lebih sempit dari tema, jadi topik akan lebih dekat dengan rancangan tulisan. Dari topik yang sudah ditentukan tersebut, kemudian disusun semacam tesis atau jalan pikiran. Dari tesis kemudian bisa langsung dituangkan dalam bentuk judul tulisan atau bisa membuat judul setelah selesai menuliskannya.

 

Langkah 3. Untuk memudahkan dalam penulisan, terlebih dahulu dibuat kerangka karangan (out line). Dari tema, topik, tesis, dan judul yang sudah ada tersebut, langsung saja disusun rancangan karangannya dalam bentuk kerangka karangan. Ttapi, tidak semua penulis melakukan ini, apalagi bagi penulis yang sudah biasa menulis. Tidak ada kesulitan yang berarti meskipun tanpa membuat kerangka karangan. Namun demikian, untuk pemula sebaiknya langkah ini ditempuh.

 

Seorang arsitek akan selalu membuat rancangan bangunan yang akan dibuatnya, mulai dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang paling penting. Luas tanah yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan, membuat kerangka kasarnya, sampai bahan-bahan apa yang akan digunakan pun masuk ke dalam rancangan kerja. Begitu juga dengan penulis yang akan membuat sebuah tulisan.

 

Pak Haris Sumadiria (2005: 36) mencoba menawarkan rumus membuat rancangan atau kerangka karangan. Beliau menamakannya dengan pola 3P dan rumus ABC. Apa tu 3P? dan apa itu ABC? Sederhana saja apa yang beliau rumuskan, pola 3P merupakan singkatan dari pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Hanya saja pola 3P ini diapakai apabila membuat tulisan yang sifatnya induktif. Awal tulisan merupakan pemaparan secara umum, kemudian masuk ke inti pembahasan, dan terakhir adalah penutup yang berupa kesimpulan.

 

Tidaklah cukup hanya mengandalkan pola 3P saja, tapi harus dilengkapi juga dengan rumus ABC. Rumus ABC merupakan urutan secara alfabetis atau secara numerik sama dengan 123. Rumus ABC merupakan turunan dari pola 3P, berarti polanya menjadi P1 (pendahuluan), P2 (pembahasan), dan P3 (penutup). Pola dan rumus ini hanyalah bersifat kerangka, belum ada isi apa-apa di dalamnya. Maka langkah selanjutnya menjadi penting diperhatikan, yaitu mengisinya dengan topik-topik kecil atau sub tema.

 

Jadi, misalnya kalau digambarkan bisa seperti ini:

          Ide               :

          Topik            :

          Judul             :

Kerangka Karangan: 

(PENDAHULUAN)

          A. Sub Tema

          B. Sub Tema

          (PEMBAHASAN)

          A. Sub Tema

          B. Sub Tema

          (PENUTUP)

          A. Sub Tema

          B.  Sub Tema

 

Langkah 4. Untuk proses selanjutnya adalah tidak langsung menuliskannya dalam bentuk tulisan, tapi terlebih dahulu mencari bahan-bahan yang digunakan untuk menulis. Bahan-bahan tersebut sifatnya teknis, tapi penting juga untuk menunjang proses menulis. Adapun yang perlu disiapkan antara lain: alat tulis, buku catatan, komputer atau lap top, dan bahan yang bersifat rujukan, seperti buku bacaan, bahan dari internet, artikel-artikel, catatan-catatan sekolah, atau bahan lain yang digunakan sebagai rujukan (referensi). Referensi menjadi sangat penting karena tulisan tanpa referensi ibarat sayur tanpa garam, hambar.  

 

Dalam mencari referensi, faktor relevansi menjadi penting, karena relevansi hubungannya dengan sinkronisasi (padu) antara tulisan yang ingin dibuat dan bahan yang dijadikan rujukan. Misalnya, mau membicarakan tentang cara menulis artikel, tapi mencari bukunya tentang cara memasak atau cara menulis berita, ya tidak padu di antara keduanya. Langkah mudah yang bisa diambil dalam mencari referensi adalah dengan mencatat buku-buku yang dibutuhkan atau mencatat topik yang akan dicari di internet.

 

Langkah 5. Setelah referensi, data, informasi, semua yang dibutuhkan sudah tersedia lengkap, tinggal kita konsentrasi menulis di buku atau di hadapan komputer. Biar kita lebih konsentrasi menulis di depan komputer, pikiran dan hati kita fokuskan ke tulisan. Untuk menunjang agar kita lancar menulisnya, buat suasana tempat kita menulis senyaman mungkin. Ini mempengaruhi juga dari segi psikologi. Buat hati merasa nyaman, senang, enjoy, sehingga menulis pun lancar. Bisa juga sebagai pelengkap disiapkan makanan, minuman, atau musik sebagai pendamping kita menulis. Bagi yang suka rokok atau kopi, bisa disediakan terlebih dahulu rokok dan kopinya serta ditemani pisang goreng atau jadah tempe, dan apa saja. Pada intinya, buat suasana senyaman mungkin selama kita menulis.

 

Seringkali selama menulis, kita terganggu dengan hal-hal sepele. Misalnya kita tergoda untuk mengedit tulisan kita, padahal belum selesai. Atau kita terhadang kebuntuan dalam menuliskannya, bahkan tiba-tiba kita merasa bahwa tulisan tersebut tidak bagus, kurang di sana-sini. Persoalan seperti ini buanglah jauh-jauh dari pikiran kita. Kita teruskan saja menulisnya, persoalan mengedit itu urusan belakangan. Edit adalah langkah selanjutnya setelah selesai menulis.

 

Untuk persoalan terhadang kebuntuan, bisa dilakukan dengan istirahat sebentar, bisa pergi ke belakang dulu untuk buang air kecil atau cuci muka, atau berjalan-jalan sebentar, atau main game. Tapi ingat, jangan berlebihan melakukan itu, karena bisa jadi ide kita hilang semua dan kita tidak bisa menyambungnya dengan tulisan yang awal. Nah, untuk urusan merasa bahwa tulisan kita tidak bagus, itu juga buang saja jauh-jauh. Yang penting kita tetap percaya diri (pede) dengan tulisan kita, terserah omongan orang lain yang menganggap tulisan kita jelek atau bagus, hak mereka. Yang penting kita menuangkan ide kita sampai tuntas.

 

Langkah 6. Untuk langkah yang terakhir adalah proses editing. Dalam proses ini kita bisa langsung melakukan editing ketika selesai menulis atau kita tinggal beberapa menit atau jam bahkan berapa hari. Tapi, sebaiknya kita tinggal dulu beberapa jam agar pikiran kita fresh dan kita bisa memperbaiki tulisan kita. Berhari-hari pun boleh asalkan jangan terlampau lama, cukup sehari atau maksimal dua hari. Ini penting untuk menjaga ingatan kita agar tidak lupa dengan apa yang kita tulis.

 

Dalam proses editing pun bisa dilakukan oleh diri kita sendiri atau kita minta bantuan teman untuk mengeditkannya. Dua cara ini bisa dipilih salah satunya saja atau bisa juga digunakan keduanya. Ini penting untuk bisa merevisi apabila ada yang kurang atau ada yang salah. Meskipun proses editing baik, tapi ada juga penulis yang tidak suka tulisannya diedit. Misalnya, Pramoedya Ananta Toer tidak pernah mengedit karya-karyanya. Seandainya ingin mengedit, diedit dengan tulisan lagi. Artinya mengedit dengan tulisan yang baru. Terserah pad Anda, mau diedit atau tidak.

 

Dalam proses editing, ada dua hal yang bisa dilakukan, yaitu edit dari segi teknis dan dari segi substansi. Dari sisi teknis, bisa mengedit kesalahan atau kekurangan dari segi tata bahasa, EYD, tata letak (lay out), jumlah karakter, dan lain-lain. Sementara dari segi substansi, bisa mengedit ketajaman analisis, mengganti judul, bisa menambahi atau mengurangi kutipan atau bahan, bahkan bisa juga merubah isi dari naskah (relatif).

Apakah hanya sampai di situ saja prosesnya? Tidak. Masih ada satu proses lagi, yaitu tulisan yang sudah kita hasilkan tersebut sebaiknya dikirmkan ke surat kabar, majalah, buletin, jurnal, atau produk jurnalistik lainnya, bahkan kita terbitkan dalam bentuk buku. Tapi, terserah kebijakan itu ada di tangan Anda sendiri.

 

Sebagai penutup tulisan ini, saya sampaikan bahwa tips yang paling ampuh untuk menulis, entah artikel atau apapun adalah MEMBACA LALU MENULIS DAN MENULIS! Agar tulisan kita lebih kaya dan berbobot, maka membaca adalah solusinya. Agar bacaan kita ada manfaatnya, maka menulis adalah jawabannya. Maka jangan ragu-ragu lagi, ayo kita membaca lalu kita tuangkan ke dalam tulisan. Membaca dan menulis adalah semboyan kita. Kalau Filusuf Descartes mengatakan bahwa “Cogito ergo sum”, ‘Saya berpikir, maka saya ada’. Maka kalau saya mengatakan bahwa, “Saya menulis, maka saya ada”.

 

Yogyakarta, 06 Maret 2008

 

 

Sumber Bacaan:

 

Moeliono, Anton M. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Salim, Haerus. 2007. Pengalaman Membaca Esai (Bahan untuk materi “Esai” Workshop Writing Berkelanjutan III, untuk remaja, di Magelang, 25 Maret 2007). 

Sumadiria, AS Haris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Panduan Praktis Penulis & Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Zaenuddin. 2003. Freelance Media, Cara Gampang Cari Uang. Jakarta: Milenia Populer.

 


[1] Disampaikan dalam acara kegiatan life skill kelompok jurnalistik Madrasah Aliyah UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta pada hari Kamis, tanggal 06 Maret 2008. 

[2] Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dan Manager Komunitas Gerimis Yogyakarta.

Tinggalkan komentar